Hai, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik ya, kalaupun suasana hatinya lagi gak baik semoga raganya masih sehat, masih berfungsi dengan baik dan bisa membantu kamu untuk terus menjalani hari-hari kamu.
Ew, cringe banget.
Tapi serius, aku harap semua yang baca tulisan ini– atau siapapun supaya selalu bahagia dan/atau sehat.
Jujur, beberapa waktu terakhir ini sangat berat buat aku. Saking beratnya sampai bikin aku gak bisa berfungsi dengan baik, gak bisa berpikir dengan baik, semuanya berantakan dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Psikolog. Dari sana aku tau bahwa selama 8 tahun ini ternyata aku membawa beban yang bikin aku sedih berkepanjangan, merasa bersalah dan menghalangi aku untuk melangkah. Hal ini aku kubur dengan baik sampai akhirnya meledak ketika udah waktunya. Untungnya aku minta bantuan profesional ketika aku masih \’ok\’, aku gak tau apa yang bakal terjadi kalo aku mengabaikan ini dan menunggu 8 tahun berikutnya.
Masalahku belum selesai bahkan ketika aku ngetik saat ini. Tapi aku sudah berhenti ke psikolog karena aku merasa sudah cukup baik dan aku tau yang bisa menyelesaikan masalah ini ya diri aku sendiri. Nah, hal yang membantu aku untuk kembali berfungsi dengan baik walau masih ada unfinished business yaitu: mindfulness dan bersyukur.
Anak psikologi pasti udah familiar banget sama mindfulness, bahkan mungkin udah eneg. Tapi walau familiar pun gak menjamin bisa ngelakuinnya karena memang mindfulness terutama di hustle culture kayak sekarang ini susaaaahhh banget, asli gak boong. Buat yang belum tau, mindfulness adalah salah satu jenis meditasi yang dapat melatih seseorang untuk fokus terhadap keadaan sekitar dan emosi yang dirasakan serta menerimanya secara terbuka. Manfaat meditasi mindfulness tidak hanya sebatas kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental (dikutip dari alodokter). Inti dari mindfulness adalah ketika kita menyadari keadaan saat ini dan kini. Inget ya; saat ini dan kini. Bukan tahun lalu, bukan 3 menit lalu, bukan juga besok Senin atau tahun depan, tapi sekarang, saat ini.
Seringkali kita terlalu fokus akan masa lalu dan menyesali apa yang terjadi atau fokus ke masa depan dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi sampai kita lupa akan saat ini, padahal diri kita adanya di saat ini, bukan di masa lalu atau masa depan. Kadang yang perlu kita lakukan itu cuma diam dan bernapas, sadari napas kita yang terus mengalir, sadari lantai yang kita pijak, sadari suara yang masuk ke telinga, nikmati momen saat ini. Cobain deh, kalo susah buka mata ya tutup mata aja sambil napas pelan pelan, gak usah sambil mikir apa-apa. Kalau pikiran udah mulai traveling, balikin lagi, inget kalo kita lagi napas aja.
Biasanya mindfulness ini bisa bantu aku ngurangin sedikit anxiety. Tapi kalo buat aku mindfulness gak bisa berjalan sendiri karena gak cukup, aku masih cemas, masih takut menjalani hari. Jadi psikolog aku ngasih tips untuk selalu berdoa begini setiap pagi: \”Ya Tuhan, pertemukanlah aku dengan orang-orang baik yang bisa membawa dampak baik bagi diriku dan aku juga bisa membawa dampak baik untuk mereka. Jika memang aku harus bertemu dengan orang yang tidak menyenangkan, semoga aku bisa mengatasinya dan tidak terlalu lama mengganggu pikiranku.\” Buat aku yang tadinya fokus ke hal negatif ketika berdoa, contoh \”Ya Allah semoga hari ini gak ketemu orang nyebelin\”, ngubah kalimat doa menjadi lebih positif ini manjur banget. Aku jadi percaya bahwa masalah yang aku hadapi setiap hari adalah hal yang baik dari orang yang baik dan bawa efek baik untuk aku.
Selanjutnya yang lagi-lagi membantu aku untuk mulai berfungsi lagi adalah bersyukur. Bukan maksud aku ngegampangin masalah dan menganggap masalah bisa selesai hanya dengan bersyukur ya. Maksud aku bersyukur di sini juga berterima kasih sama diri sendiri. Karena sering kali kita lupa untuk berterima kasih sama diri kita. Hayo udah berterima kasih belum sama diri kamu sendiri? Aku waktu denger ini agak cringe karena aku mikir \”lah gue ga ngapa-ngapain masa gue terima kasih, gak pantes rasanya\”, tapi kalo dipikir lagi berarti aku jahat banget ya… Padahal diri aku bukan punya aku, semua yang ada ini punya Tuhan, mereka kerja untuk aku, tapi aku terima kasih aja berat. Jantung masih bekerja mompa darah ke seluruh tubuh aku, tangan masih bisa dipake buat ngetik, ambil gelas, ngelus kucing, kaki masih bisa dipake lari, jalan, nendang ujung meja, mata masih bisa dipake nonton anime. Literally semuanya ngebantu aku sampai saat ini, tapi aku gak pernah bilang terima kasih. Jadi sejak saat itu aku mulai berterima kasih sama diri aku sendiri karena aku pantes untuk itu. Kita semua pantes.
Hal-hal ini gak pasti work untuk semua orang, tapi worth to try. Misalnya ada yang merasa hal ini gak mempan dan merasa hidupnya berat banget, jangan ragu untuk minta bantuan profesional ya! Kalau mau ngobrol atau nanya-nanya sama aku soal cara ke psikolog dan hal lainnya juga boleh banget. Aku mungkin gak paham dengan pasti apa yang kamu rasakan, karena aku bukan kamu. Tapi aku juga pernah ngalamin sedih, hampa, hopeless, ngejalanin hidup cuma karena belum mati, ngerasa gak punya mimpi dan harapan. Aku juga masih berproses untuk menyelesaikan masa lalu aku, nyembuhin luka aku. Aku mau kamu tau kalau kamu gak menderita sendirian, semua orang punya lukanya sendiri-sendiri. Beberapa luka mungkin lebih sulit untuk disembuhkan dan itu gapapa, pasti ada jalan untuk nyembuhinnya.
Hey! If you keep hanging your head like that, you won\’t be able to see the things you can see
Look up at the sky, keep your head up!
Hey! What do you think of the sky you see?
Someday, like that shining star
You will also shine
Tinggalkan Balasan