Tag: life

  • Let\’s Talk About Happiness

    Kali ini gue mau bahas sesuatu yang agak panjang dan agak teoritis, gue gak tau bakal ada faedahnya atau enggak, tapi kalo lo mau cari sudut pandang lain mungkin bisa lah dibaca sampe abis hehe. Jadi apa nih yang bakal gue bahas? Sesuai judulnya:

    Happiness atau kebahagiaan

    Satu kata yang sulit didefinisikan, tapi semua orang inginkan.

    Gue pernah liat orang yang bilang kalo dia gak pengen kaya, pernah liat orang yang bilang kalo dia gak pengen jabatan tinggi, pernah juga liat orang yang bilang kalo dia gak pengen menikah. Tapi gue belum pernah liat orang yang bilang kalo gak pengen bahagia, semua orang -yang pernah gue temui- pengen bahagia.

    Tapi sebenernya bahagia itu apa sih? Kadang kita mendefinisikan bahagia itu jadi begitu sederhana– misal, dengan berhasil beli apapun yang kita inginkan, atau dengan hidup tanpa memikirkan beban finansial, atau bisa travel kemanapun yang disuka. Tapi, yakin bakal bahagia dengan itu?

    Kadang, kita itu lebay ketika membayangkan. Pernah gak kalian pengen sesuatu yang kalian yakini hal itu akan membawa kebahagiaan untuk kalian, TAPI ketika hal itu akhirnya kalian dapatkan ternyata rasanya biasa aja? Gak sebahagia yang kalian bayangkan. Dan ujung-ujungnya rasa bahagia itu pun pudar juga. Pernah gak? Gue sering hehe. Bukan berarti gak bersyukur ya, tetep bersyukur tapi ternyata sadar aja bahwa ketika hal ini udah gue dapet hal ini gak se-wow yang ada di otak gue ketika gue belum berhasil dapetinnya.

    Well, seorang profesor Psikologi dari Harvard, Daniel Gilbert pernah bilang \”we routinely misforecast what will make us happy, how long our joy will last, and how intense it will be.\” yang berarti \”Kita seringkali salah menyangka tentang apa yang akan membuat kita bahagia, berapa lama rasa senang tersebut akan bertahan, dan seberapa intens (rasa) bahagia itu\”, dan itu wajar.

    Gilbert bilang salah satu hal yang paling sering salah ditangkap orang adalah bahwa kebanyakan orang berpikir kebahagiaan itu sesuatu yang dicapai, dan seolah-olah dapat dimiliki. Padahal, kebahagiaan itu bukan sebuah tempat untuk kita tinggal. Kebahagiaan adalah sebuah tempat untuk kita kunjungi. Mungkin kita bisa belajar untuk mengunjungi tempat ini (kebahagiaan) lebih sering, tetapi berkurangnya kebahagiaan itu adalah hal yang alami dan tidak terbantahkan. Dan berkurangnya kebahagiaan ini bukan berarti bahwa kita telah melakukan suatu hal yang salah.

    Seperti yang gue bilang di atas, bahwa ketika gue dapet sesuatu yang gue pengen, gue bakal senang, tapi gak se-seneng itu, beberapa waktu berlalu maka hal itu gak lagi memberikan gue rasa senang yang sama, kebahagiaan atas hal itu semakin lama semakin berkurang. Begitulah contoh betapa ga akuratnya cara memprediksi kita (atau gue aja? haha)

    Tapi memprediksi hal yang akan datang itu emang gak mudah, kata Jonathan Haidt ada banyak faktor yang bikin bias ketika kita memprediksi, di antaranya:

    1. Habituation – Kita mudah terbiasa dengan hal-hal baru, sehingga perubahan apapun akibatnya gak sebesar yang kita kira
    2. \”Set point\” – kita punya tingkat kebahagiaan bawaan yang gak banyak berubah
    3. Pengaruh kondisi kekinian
    4. Susah memahami sistem kekebalan emosi – Kita gak tau sejauh mana kita bisa menahan kesulitan yang akan kita alami
    5. Susah memahami gambar yang besar – Seringkali kita menggeneralisasi hidup kita dari 1 peristiwa khusus yang sebenarnya cuma 1 dari banyaknya aspek hidup

    Balik lagi ke pertanyaan tadi, jadi kebahagiaan itu apa? Ada dua teori besar tentang kebahagiaan yang paling sering dibahas, yaitu Hedonisme dan Eudaimonisme. Di sini gue coba tulis penjelasan versi pendeknya. Tulisan setelah ini walau versi pendek juga tetep aja panjang, jadi kalo mau skip karena lo merasa udah paham atau udah tau style bahagia versi lo ya silahkan langsung baca paragraf di bawah tabel hehe.

    Hedonisme

    Para hedonis sepakat bahwa hal yang baik adalah yang menimbulkan kesenangan, tapi sebenernya gak sematre kedengerannya loh, gue coba buat tabel dari tiga perspektif di Hedonisme ya.

    \"\"

    Jadi kalo kamu mau hidup isinya seneng-seneng aja boleh gak? Ya boleh, tapi ketahui batasmu. Karena kamu akan merasakan bahagia itu ketika ada batas, dan akan lebih baik lagi kalo bisa ngajak orang lain untuk ikut bahagia dengan kamu 🙂

    Eudaimonisme

    Eudaimonisme secara umum bilang bahwa kebahagiaan itu berasal dari jiwa yang baik. Menurut Eudaimonisme, tujuan hidup itu kebahagiaan bukan kesenangan.

    \"\"

    Selain yang disebutkan di atas, ada juga kebahagiaan versi eksistensialisme yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah pemenuhan hasrat dan keinginan. Ada juga spiritual happiness yang mana sumber kebahagiaan adalah Tuhan. Ada banyak banget teori soal kebahagiaan ini, mana yang cocok sama kamu? You choose!

    Fyi, Eudaimonisme dikenalkan oleh Socrates dan dikembangkan oleh murid-muridnya. Sedangkan Hedonisme dikembangkan oleh beberapa orang yang juga merupakan muridnya Socrates (yang lain pastinya). This just simply shows kalo kebahagiaan itu amat sangat subjektif.

    Kebahagiaan itu subjektif dan tentu setiap orang berbeda dalam mendefinisikan bahagianya. Tapi gue yakin kalo semua orang punya kesempatan untuk bahagia. Karena kebahagiaan itu gak jauh, kebahagiaan itu ada di dalam diri. Ketika lo memutuskan untuk bahagia maka lo bahagia, ketika lo merasa ga bahagia ya berarti mungkin lo belum nemu bahagia lo. Belum nemu, bukan berarti gak ada. Suatu saat pasti ketemu, dan walaupun kebahagiaan itu gak abadi, lo punya ability untuk nemuin lagi kebahagiaan-kebahagiaan selanjutnya. Agak sedih untuk bilang bahwa kebahagiaan itu gak abadi, tapi begitu juga kesedihan dan semua yang ada di dunia ini.

    Terakhir, gue mau ngingetin lagi soal kemampuan prediksi kita yang sangat ga akurat itu gak hanya berlaku ke kebahagiaan, tapi juga ke kesedihan lho! Jadi, bisa aja lo ngerasa kalo lo bakal sedih banget karena suatu hal, padahal ya ketika lo jalanin ternyata enggak juga. Lo ngerasa suatu hal sangat menakutkan, ternyata pas dihadapin ya enggak juga. Jangan lupa kalo kita ini manusia yang udah diciptakan sedemikian rupa untuk bertahan dan beradaptasi. Whatever will be, will be!

    Anyway, gue masih awam banget soal beginian. Tapi gue seneng aja bahasnya, dan sumbernya banyak ambil dari sini:

    1. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/between-cultures/201703/forecasting-happiness
    2. https://www.youtube.com/watch?v=FI21ls467m8&t=3693s

    Feel free to comment atau koreksi kalo gue ada salah 🙂